Kamis, 17 November 2011

 Cita-cita*
Setiap manusia pastilah memiliki harapan dan impian, tak terkecuali adalah anak-anak. Sejak kecil mulai dari sekolah playgroupnya pun bunda-bunda guru selalu tak jemu-jemunya menanyakan mengenai cita-cita masing-masing anak dan jawaban hebat pun selalu meluncur dari bunda-bunda gurunya.Walaupun terkadang cita-citanya berganti setiap hari, bu guru pun tetap memberikan acungan jempol kepada anak-anak. Tetapi acungan jempol itu pun tidak berlangsung lama, karena lambat laun cita-cita itu pun mulai pudar termakan oleh berlalunya waktu. Yang awalnya cita-cita anak-anak begitu beragam mulai dari seorang dokter, guru, pilot, presiden, tukang jamu, punya apotek, masinis, sopir helikopter, kasir, atau jadi siapapun yang dilihatnya setiap hari, tiba-tiba cita-cita itu mulai mengerucut terutama saat dismu mulai ada pembagian penjurusan dari ipa, ips dan bahasa. jika mulai timbul pemikiran bahwa salah satu bidang lebih unggul dari yang lain, walaupun kenyataannya tidak demikian. Sang anak pun akan mulai bertanya cita-cita kepada orang tua enaknya masuk jurusan apa ya ma? atau enaknya kuliah apa ya pa? Mereka seolah-olah lupa saat kecil mereka punya ribuan harapan dan mimpi, dan sering mendengung-dengungkan cita-citanya pada bunda gurunya. Tapi saat dewasa mereka seolah tidak berdaya dalam menentukan cita-citanya karena alasan takut salah dan takut dimarahi orang tua. Dan orangtua pun tak kalah serunya dalam menitipkan cita-cita kepada anak, jika ia dulu gagal sebagai arsitek sekarang ia cenderung meminta anaknya masuk jurusan arsitek atau apabila ia dulu gagal masuk kedokteran akhirnya ia cenderung baik secara langsung maupun tidak langsung "memaksa anak-anaknya masuk kedokteran.Demi menyenangkan orangtua atau demi tidak dimarahi orangtua sang anak pun menuruti keinginan orang tua dan walhasil terkadang prestasi si anak pun biasa-biasa saja karena tidak ada gairah dalam mencapai cita-cita itu.Seandainya setiap orang tua bisa menerima anak-anaknya apa adanya, dan sibuk melihat potensi anak sejak kecil, pastilah mereka tumbuh menjadi sdm bangsa yang bergairah dalam mencapai cita-citanya, tidak ada kata lelah dalam mencapai cita dan berusaha mencapai semuanya dengan hati, karena ia tumbuh menjadi dirinya sendiri, berpijak pada kakinya sendiri dan mempunyai konsep diri yang baik dalam hidupnya.Dan menjadi sdm bangsa yang memajukan bangsa sesuai dengan bidang yang diminatinya.
by *dr vivi spesialis anak cerdas owner rumah cedas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar